Friday, August 05, 2005

Gus Dur Ingin Demokrasi Tegak di Indonesia

indosiar.com, Jakarta - Bertempat dikediamannya Jl. Warung Sila No. 10 Ciganjur Jagakarsa, Jakarta Selatan, r KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) merayakan ulang tahunnya, Kamis (04/08/2005) malam bersama sejumlah tokoh lintas agama.

Dalam kesempatan tersebut, mantan Ketua Umum PBNU ini menyatakan keinginannya untuk menyaksikan demokrasi tegak di Indonesia. “Bangsa dan negara kita di bangun atas dasar demokrasi. Mudah-mudahan, di sisa umur saya, saya dapat melihat demokrasi tegak di negara kita” kata Gus Dur dalam sambutannya, yang diterima indosiar.com.

Penegakkan demokrasi bukanlah pekerjaan mudah, Gus Dur sudah merasakan sendiri bagaimana rintangan dan hambatan yang harus dihadapi. “Karena itu, saya puas karena apa yang saya jalankan ini pelan-pelan mulai kelihatan hasilnya. Meskipun banyak gangguan, tapi itu adalah hal yang biasa”, lanjut Gus Dur, yang juga mengakui bahwa demokrasi telah menjadi bagian dari hidupnya.

Gus Dur juga menyampaikan terima kasih yang mendalam kepada komunitas lintas agama yang telah menyelenggarakan perayaan ultahnya.

Selain keluarga besar Gus Dur, hadir dalam perayaan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi, mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, Amir Ahmadiyah Abdul Basith, Muslim Abdurrahman, , Dr. KH Said Agil Siradj, Dr. Syafi’i Anwar, Anand Krisna, Dawam Rahardjo, Todung Mulya Lubis, Lies Marcus Natsir, Shalahuddin Wahid, Farha Ciciek, Mahfud MD, Budiman Sujatmiko, Rieke Dyah Pitaloka, Bambang Harymurti dan lain-lain.

Acara ini juga dirangkai dengan penyampaian orasi dari sejumlah teman dan sahabat Gus Dur, dilanjutkan dengan doa bersama lintas agama dan pembacaan petisi warga Negara Indonesia oleh Ulil Absor Abdalla.

Dalam kesempatan orasi, beberapa tokoh menyampaikan rasa kagumnya terhadap komitmen dan keteguhan Gus Dur dalam memperjuangkan demokrasi dan hak-hak asasi manusia. “Yang saya senangi dari Gus Dur, komitmen moralnya tinggi, namun lebih dari itu, komitmen terhadap penegakan kebenaran, penegakan keadilan, membela kaum yang lemah, saya kira di zaman seperti sekarang ini sulit untuk mencari orang seperti Gus Dur” kata Muslim Abdurrahman.

Sementara itu Todung Mulya Lubis melihat bahwa Gus Dur adalah sosok guru bangsa, “Dimanapun ia berada, Gus Dur selalu berbicara tentang pluralisme dan kemajemukan, ia adalah guru bangsa dan penjaga moral. Dan sebagai penjaga moral, ia punya tempat tersendiri dihati rakyat Indonesia yang tidak bisa digantikan oleh orang lain” ungkapnya.

Ada juga do’a bersama yang dipimpin tokoh-tokoh lintas agama seperti dari Islam KH Said Aqil Siradj, dari Protestan Pdt Wainata Sairin, dari Katolik Rm. Padmo, dari Budha Biku Dharma Himala, dari Hindu Nengah Dane, dari Kong Hu Chu Chandra Setiawan, dan dari penganut agama Sunda Wiwitan Pangeran Jati Kusuma.(*/Idh)

No comments: