Monday, December 14, 2009

Moribito : Guardian of the Spirit


Penulis : Nahoko Uehashi
Penerjemah : Harisa Permatasari
Penyunting : Mohammad Baihaqqi
Tata Letak : MAB
Ilustrator : Siti Astari
Penerbit : Matahati
Cetakan : I, November 2009
Kategori : Fiksi/Novel Terjemahan/Epic Fantasy

Permaisuri Kedua New Yogo, merasa putranya, Pangeran Chagum, terancam jiwanya. Karena itu, ia meminta pertolongan kepada Balsa, perempuan ahli tombak dari Kanbal, untuk menyelamatkan nyawa anaknya dengan menjadi pengawal pribadi putranya. Chagum adalah Pangeran Kedua dari Sang Mikado, penguasa agung New Yogo.

Diusianya yang kesebelas, saat sedang tidur, Chagum sering bermimpi buruk. Oleh seorang penafsir bintang kerajaan, dikatakan tubuh Chagum dihuni oleh iblis, yang dapat membunuh sang pangeran. Tak ingin reputasinya sebagai keturunan para dewa, sang Mikado memutuskan untuk membunuh anaknya sendiri. Berbagai usaha pembunuhan pun dilakukan.

Perkenalan Balsa dengan Permaisuri Kedua New Yogo terjadi, karena Balsa menyelamatkan Pangeran Kedua, yang terseret arus sungai ketika terjatuh dari kerbau penarik kereta kerajaan yang ditumpanginya. Kerbau tersebut mengamuk, karena telah ditembak dengan panah beracun. Perkenalan yang membawa Balsa pada tugas paling berat yang dijalaninya sepanjang karirnya sebagai pengawal pribadi bayaran.

Balsa tidak hanya harus menyelamatkan jiwa Pangeran Kedua dari para Pemburu, orang-orang terpercaya Sang Mikado, tetapi juga Rarunga, pemangsa telur dari Nyunga Ro Im, Roh Air, yang bersemayam didalam tubuh Chagum. Karena itulah, Chagum terpilih sebagai Moribito, sang penjaga telur, untuk menyelamatkan New Yogo dari bencana kekeringan.

Saat pertama kali membaca novel karya Nahoko Uehashi, profesor etnologi ini, sempat muncul keraguan apa benar novel epik fantasi ini merupakan cerita bernuansa Jepang, karena nama-nama tokoh cerita kurang beraroma negara Matahari Terbit itu. Misalnya saja, Balsa, sang tokoh utama, dan negara dari mana ia berasal, Kanbal. Nama yang kurang familiar untuk nama-nama Jepang. Namun, disitulah letak daya tarik novel remaja ini.

Kisah dalam novel yang sudah dibuatkan manganya ini, mudah dipahami pembaca. Misalnya saja, pembaca tak perlu bersusah payah memahami apa yang dimaksud dengan Sagu dan Nayugu, dua dunia yang saling berdampingan, yang menjadi kepercayaan Bangsa Yakoo. Uehashi menceritakannya dengan runut dan jelas, melalui dua karakter tukang tenung, Master Torogai dan muridnya, Tanda. Kedua orang inilah yang menjadi perantara antara dunia kasat mata, Sagu, dan Nayugu, dunia roh yang tak kasat mata.

Cerita pun mengalir dengan runtut dan seru, terutama pada bagian-bagian pertempuran antara Balsa, Tanda, dan Para Pemburu. Selain itu, novel yang meraih penghargaan Batchelder Award 2009 (penghargaan untuk buku anak-anak berbahasa asing, yang diterbitkan dalam bahasa Inggris di Amerika), mampu mengaduk-aduk perasaan pembaca terkait dengan hubungan Chagum dan Balsa. Meski diwarnai dengan ketidakpercayaan dan ketidakpedulian Chagum terhadap Balsa, perlahan hubungan emosional mereka terbangun dengan indah, dan tak sadar membuat mata berkaca-kaca saat membaca adegan dimana Balsa dan Chagum harus berpisah setelah misi penyelamatan berakhir.

Secara keseluruhan, terlepas dari salah ketik dan kalimat rancu, novel fantasi ini patut mendapat acungan jempol dan layak menjadi bahan bacaan, tidak hanya untuk remaja (sebagaimana dikategorikan dalam novel tersebut), tapi juga layak dibaca orang tua untuk anak-anaknya. Dan rasanya tidak sabar untuk menunggu buku selanjutnya, yang menceritakan petualangan Balsa dalam menyelamatkan orang-orang, sebagaimana janji Balsa untuk menyelamatkan nyawa delapan orang, agar rasa bersalahnya terhadap orang tua angkatnya, yang telah menyelamatkan dirinya, terhapuskan.

No comments: