Saturday, October 01, 2005

Terjajah Exxon Mobil di Cepu

Oleh:Kwik Kian Gie

Kali ini saya tidak akan membahas tentang pengertian subsidi -apakah
itu sama dengan uang tunai yang harus keluar atau tidak- dan hal-hal
teknis lain seperti itu.

Saya akan membahas tentang negara kaya yang menjadi miskin kembali
karena terjerumus ke dalam mental kuli yang oleh penjajah Belanda
disebut mental inlander. Mental para pengelola ekonomi sejak 1966
yang tidak mengandung keberanian sedikit pun, yang menghamba, yang
ngapurancang ketika berhadapan dengan orang-orang bule. Ibu pertiwi
yang perut buminya mempunyai kandungan minyak sangat besar dibanding
kebutuhan nasionalnya, setelah 60 tahun merdeka hanya mampu
menggarap minyaknya sendiri sekitar 8 persen. Sisanya diserahkan
kepada eksplorasi dan eksploitasi perusahaan-perusahaan asing.

Apa pekerjaan dan sampai seberapa jauh daya pikir para pengelola
ekonomi kita sejak merdeka sampai sekarang? Istana Bung Karno
dibanjiri para kontraktor minyak asing yang sangat berkeinginan
mengeksplorasi dan mengeksploitasi minyak bumi di Indonesia. Bung
Karno menugaskan Chairul Saleh supaya mengizinkannya hanya sangat
terbatas.

Putrinya, Megawati, bertanya kepada ayahnya, mengapa begitu? Jawaban
Bung Karno kepada putrinya yang baru berumur 16 tahun, "Nanti kita
kerjakan sendiri semuanya kalau kita sudah cukup mempunyai
insinyur-insinyur sendiri."
Artinya, Bung Karno sangat berketetapan hati mengeksplorasi dan
mengeksploitasi minyak oleh putra-putri bangsa Indonesia sendiri.
Mengapa sekarang hanya sekitar 8 persen?
Lebih menyedihkan ialah keputusan pemerintah memperpanjang kerja sama
dengan Exxon Mobil (Exxon) untuk blok Cepu selama 20 tahun sampai
2030.

Begini ceritanya. Exxon membeli lisensi dari Tommy Soeharto untuk
mengambil minyak dari sebuah sumur di Cepu yang kecil. Exxon lalu
melakukan eksplorasi tanpa izin. Ternyata ditemukan cadangan dalam
sumur yang sama sebanyak 600 juta barel.

Ketika itu Exxon mengajukan usul untuk memperpanjang kontraknya
sampai 2030.
Keputusan ada di tangan Dewan Komisaris Pemerintah untuk Pertamina
(DKPP). Dua dari lima anggota menolak. Yang satu menolak atas
pertimbangan yuridis teknis. Yang lain atas pertimbangan sangat
prinsipil.
Dia sama sekali tidak mau diajak berargumentasi dan juga sama sekali
tidak mau melihat angka-angka yang disodorkan Exxon beserta para
kroninya yang berbangsa Indonesia.

Mengapa? Karena yang menjadi pertimbangan pokoknya, harus
dieksploitasi bangsa Indonesia sendiri, yang berarti bahwa Exxon
pada 2010 harus hengkang, titik.
Alasannya sangat mendasar, tetapi formulasinya sederhana.
Yaitu, bangsa yang 60 tahun merdeka selayaknya, semestinya, dan
seyogianya mengerjakan sendiri eksplorasi dan eksploitasi minyaknya.
Bahkan, harus melakukannya di mana saja di dunia yang dianggap
mempunyai kemungkinan berhasil.

Menurut peraturan yang berlaku (sebelum Pertamina berubah menjadi
Persero), kalau DKPP tidak bisa mengambil keputusan yang bulat,
keputusan beralih ke tangan presiden. Maka, bola ada di tangan
Presiden Megawati Soekarnoputri. Beliau tidak mengambil keputusan,
sehingga Exxon kalang kabut. Exxon mengirimkan executive vice
president-nya yang langsung mendatangi satu anggota DKPP yang
mengatakan "pokoknya tidak".
Dia mengatakan, sejak awal sudah ingin bertemu satu orang anggota
DKPP ini yang berinisial KKG, tetapi dilarang kolega-koleganya
sendiri. KKG tersenyum sambil mengatakan karena para koleganya masih
terjangkit mental inlander.

Lalu dia berargumentasi panjang lebar dengan mengemukakan semua angka
betapa Indonesia diuntungkan. KKG menjawab bahwa kalau dia ngotot
sampai seperti itu, apa lagi latar belakangnya kalau dia tidak
memperoleh untung besar dari perpanjangan kontrak sampai 2030?
Karena itu, kalau mulai 2010, sesuai kontrak, Exxon harus hengkang
dan seluruhnya dikerjakan Pertamina, semua laba yang tadinya jatuh
ke tangan Exxon akan jatuh ke tangan Indonesia sendiri.

Lagi pula, KKG menjelaskan bahwa sudah waktunya belajar menjadi
perusahaan minyak dunia seperti Exxon. KKG bertanya kepadanya,
"Bukankah kami berhak mulai merintis supaya menjadi Anda di bumi
kita sendiri dan menggunakan minyak yang ada di dalam perut bumi
kita sendiri?"

Eh, dia mulai mengatakan tidak bisa mengerti bagaimana orang
berpendidikan Barat bisa sampai seperti itu tidak rasionalnya! Jelas
KKG muntap dan mulai memberi kuliah panjang lebar bahwa orang Barat
sangat memahami dan menghayati tentang apa yang dikatakan EQ, dan
bukan hanya IQ. Apalagi, kalau dalam hal blok Cepu ini ditinjau
dengan IQ juga mengatakan bahwa mulai 2010 harus dieksploitasi oleh
Indonesia sendiri.

Bung Karno juga berpendidikan Barat dan sejak awal beliau
mengatakan, "Man does not live by bread alone." Dalam hal blok Cepu,
dua argumen berlaku, yaitu man does not live by bread alone, dan
diukur dengan bread juga menguntungkan Indonesia, karena laba yang
akan jatuh ke tangan Exxon menjadi labanya Pertamina.

Pikiran lebih mendalam dan bahkan dengan perspektif jangka panjang
yang didasarkan materi juga mengatakan bahwa sebaiknya blok Cepu
dieksploitasi oleh Pertamina sendiri. Mengapa?

Jawabannya diberikan oleh mantan Direktur Utama Pertamina Baihaki
Hakim kepada Menko Ekuin ketika itu bahwa Pertamina adalah
organisasi yang telanjur sangat besar. Minyak adalah komoditas yang
tidak dapat diperbarui.
Penduduk Indonesia bertambah terus seiring dengan bertambahnya
konsumsi.

Kalau sekarang saja terlihat bahwa konsumsi nasional sudah lebih
besar daripada produksi nasional, di masa mendatang kesenjangan ini
menjadi semakin besar, dan akhirnya organisasi Pertamina yang
demikian besar itu akan dijadikan apa?

Apakah hanya menjadi perusahaan dagang minyak, dan apakah akan mampu
berdagang saja dalam skala dunia, bersaing dengan the seven sisters?
Maka visi jangka panjang Baihaki Hakim, mumpung masih lumayan
cadangannya, sejak sekarang mulai go international dan menggunakan
cadangan minyak yang ada untuk sepenuhnya menunjang kebijakannya
yang visiuner itu.

Menko Ekuin ketika itu memberikan dukungan sambil mengatakan, "Pak
Baihaki, saya mendukung sepenuhnya. Syarat mutlaknya ialah kalau
Anda ingin menjadikan Pertamina menjadi world class company, Anda
harus juga memberikan world class salary kepada anak buah Anda."

Sang Menko Ekuin keluar dari kabinet Abdurrahman Wahid. Setelah itu
dia kembali ke kabinet sebagai kepala Bappenas dan ex officio
menjabat anggota DKPP. Maka pikirannya masih dilekati visi jangka
panjangnya Pak Baihaki Hakim dan kebetulan direktur utama Pertamina
ketika itu juga masih Pak Baihaki Hakim. Tetapi, kedudukan kita
berdua sudah sangat lemah, karena dikreoyok para anggota DKPP dan
anggota direksi lain yang mental, moral,dan cara berpikirnya sudah
kembali menjadi inlander.

Baihaki Hakim yang mempunyai visi, kemampuan, dan telah
berpengalaman 13 tahun menjabat direktur utama Caltex Indonesia
langsung dipecat begitu Pertamina menjadi persero. Alasannya, kalau
diibaratkan sopir, dia adalah sopir yang baik untuk mobil Mercedes
Benz. Sedangkan yang diperlukan buat Pertamina adalah sopir yang
cocok untuk truk yang bobrok. Bayangkan, betapa inlander cara
berpikirnya. Pertamina diibaratkan truk bobrok. Caltex adalah
Mercedez Benz. Memang sudah edan semua.

Ada tekanan luar biasa besar dari pemerintah Amerika Serikat di
samping dari Exxon. Ceritanya begini. Dubes AS ketika itu, Ralph
Boyce, sudah membuat janji melakukan kunjungan kehormatan kepada
kepala Bappenas, karena protokolnya begitu. Tetapi, ketika sang
Dubes tersebut mendengarkan pidato sang kepala Bappenas di Pre-CGI
meeting yang sikap, isinya pidato, dan nadanya bukan seorang
inlander, janjinya dibatalkan.

Eh, mendadak dia minta bertemu kepala Bappenas. Dia membuka
pembicaraan dengan mengatakan akan berbicara tentang Exxon. Kepala
Bappenas dalam kapasitasnya selaku anggota DKPP mengatakan bahwa
segala sesuatunya telah dikemukakan kepada executive vice
president-nya Exxon, dan dipersilakan berbicara saja dengan beliau.

Sang Dubes mengatakan sudah mendengar semuanya, tetapi dia hanya
melakukan tugasnya. "I am just doing my job". Kepala Bappenas
mengatakan lagi, "Teruskan saja kepada pemerintah Anda di Washington
semua argumen penolakan saya yang diukur dengan ukuran apa pun,
termasuk semua akal sehat orang-orang Amerika pasti dapat diterima."
Kepala Bappenas keluar lagi dari kabinet karena adanya pemerintahan
baru, yaitu Kabinet Indonesia Bersatu, dan Exxon menang mutlak.
Ladang minyak di blok Cepu yang konon cadangannya bukan 600 juta
barrel, tetapi 2 miliar barrel, oleh para inlander diserahkan kepada
Exxon penggarapannya.

Saya terus berdoa kepada Bung Karno dan mengatakan, "Bung Karno yang
saya cintai dan sangat saya hormati. Janganlah gundah dan gelisah,
walaupun Bapak sangat gusar. Istirahatlah dengan tenang. Saya juga
sudah bermeditasi di salah satu vihara untuk menenangkan hati dan
batin saya. Satu hari nanti rakyat akan bangkit dan melakukan
revolusi lagi seperti yang pernah Bapak pimpin, kalau para cecunguk
ini sudah dianggap terlampau lama dan terlampau mengkhianati
rakyatnya sendiri."

*) Mantan Menteri Negara PPN/kepala Bappenas.


ps : artikel ini udah banyak tersebar di milis-milis.

No comments: