Sunday, July 18, 2010

Memahami Kehidupan ala Good Wives

Good Wives
Penulis : Louisa May Alcott
Diterbitkan oleh Penerbit PT Serambi Ilmu Semesta (www.cerita-utama.serambi.co.id)
Penerjemah : Rahmani Astuti
Penyunting : Moh. Sidik Nugraha
Penyerasi : Eldani
Pewajah Isi : Siti Qomariyah
Cetakan Pertama : April 2010


“Seorang ibu rumah tangga, sekaya apa pun, harus tahu bagaimana segala sesuatu harus dilakukan di rumahnya, kalau dia ingin dilayani dengan baik dan jujur.” (Gosip – halaman 21)

Sejak membaca novel Little Women, sudah jatuh cinta dengan kisah Bu March dan keempat anak perempuannya, Meg, Jo, Beth, dan Amy. Dan, membaca Good Wives semakin menebalkan rasa cinta itu. Bisa dibilang, membaca Good Wives serasa membaca buku harian milik sendiri. Banyak sisi kehidupan yang juga dialami para keluarga di penjuru dunia ini, diketengahkan dalam rangkaian jalan cerita.

Alur cerita dibuka dengan persiapan pernikahan si sulung Meg dengan pria tercintanya, John, dimana Bu March memberikan wejangan-wejangan kepada putri tercintanya, dalam menjalani kehidupan suami istri nantinya. Wejangan-wejangan yang disampaikan Louisa May Alcott melalui tokoh Bu March, sangat mengena dengan kehidupan nyata. Semua perempuan yang akan menikah pasti mengalami bagaimana ibunda tercinta memberikan wejangan untuk kehidupan berumah tangganya.



Dalam Good Wives, karakter para tokoh semakin matang. Misalnya saja Jo (tokoh cerita yang paling disenangi pembaca novel Little Women dan Good Wives), digambarkan menjadi wanita penuh semangat, mandiri, terutama dalam menekuni dunia kepenulisan yang disukainya. Sementara Amy, meski memiliki sedikit masalah dengan kakak-kakaknya, namun kedewasaan membuatnya tetap saling mencintai sebagai keluarga.

Tidak hanya sekedar menyajikan cerita-cerita yang penuh keceriaan, kecintaan, Good Wives juga menyajikan masa-masa sulit dan kehilangan anggota keluarga. Selain itu, Good Wives juga menyajikan kalimat-kalimat indah yang patut dikenang seperti misalnya : “Ibu-ibu memerlukan mata yang tajm dan lidah yang bijaksana ketika mereka punya anak-anak perempuan yang perlu diasuh.” (Sendirian – halaman 421). Good Wives memang pantas menjadi novel legendaris.

No comments: