Friday, July 22, 2005

Din Syamsuddin : Organisatoris Sejati Pemimpin Muhammadiyah


Pria karismatik berusia 44 tahun ini, baru saja terpilih sebagai Ketua Umum Muhammadiyah, organisasi massa Islam dengan anggota lebih dari 30 juta orang. Ia bertekad Muhammadiyah akan melanjutkan gerakan dakwah, gerakan budaya dan keagamaan, peradaban dan pencerahan.

Sirajuddin Syamsuddin, demikian nama lengkap Din. Lahir di Sumbawa Besar pada 31 Agustus 1958, dari keluarga muslim konservatif. Pada usia 14 tahun, ia masuk ke Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Di pondok tersebut, ia banyak belajar tentang Islam.
Setelah dari Gontor, pria yang fasih berbahasa Inggris, Arab, Persia, dan sedikit Prancis ini, melanjutkan sekolahnya ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Di kampus IAIN ia belajar politik dan terpilih sebagai salah satu fungsionaris pemuda Muhammadiyah di universitas tersebut.

Pada 1986, ia mendapat beasiswa dari Fulbright, Amerika Serikat, dan belajar di University of California at Los Angeles (UCLA), hingga meraih gelar doktor. Sejak itulah ia makin intens terjun dalam dunia organisasi. Khusus untuk Muhammadiyah, Din Syamsuddin pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 1989-1993. Setelah muktamar di Banda Aceh pada 1995, menjadi anggota Majelis Hikmah PP Muhammadiyah dan dalam periode kepengurusan Syafii Maarif, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Ayah tiga orang anak ini juga aktif sebagai anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat dan Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Ia juga menjadi anggota Majelis Tinggi Dakwah Islam Internasional yang berada di Tripoli dan Presiden Konferesi Asia untuk Agama dan Perdamaian, yang berpusat di Tokyo. Baru-baru ini, Din yang pernah aktif di DPP Golkar, menjadi panelis di Konferensi Internasional tentang Kerjasama Antar-agama untuk Perdamaian yang berlangsung di markas besar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat. Ia juga pernah menjabat sebagai Dirjen Binapenta, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Sejak mengundurkan diri dari Partai Golkar, Din tidak terlibat dengan partai politik manapun. Dan ketika dipercaya sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah lima tahun lalu, suami Fira Beranata ini sudah mengabdi penuh kepada Muhammadiyah. Ayah tiga anak ini tidak lagi berkecimpung dalam politik praktis karena secara formal sudah mengundurkan diri dan tidak bergabung pada partai politik mana pun, serta tidak lagi mengabdikan diri sebagai birokrat negara.

Sebelum terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din sempat digoyang oleh upaya mendiskreditkan dirinya. Sehari sebelum muktamar dimulai, beredar buku kecil berjudul "Din Syamsudin, Sang Ambisius, Penghancur Muhammadiyah", bergambar foto Din dengan menggunakan topeng dan berisi lima topik yakni Din Syamsudin Sang Ambisius, Managemen Tukang Cukur, Tidak Memahami Tradisi Muhammadiyah, Menjerumuskan Muhammadiyah, dan Amal Usaha Dijadikan Agunan.

Harapan besar kini diletakkan di atas pundak pakar politik Islam ini. Din pun telah menyiapkan sejumlah langkah untuk membawa lembaga yang dipimpinnya agar terus berkembang. Muhammadiyah akan melakukan revitalisasi gerakan organisasi untuk bisa tampil menjadi organisasi agama, budaya, peradaban, dan pencerahan.

"Muhammadiyah juga akan menghindari berhubungan dengan partai politik (parpol) atau terlibat dalam politik praktis. Ini diberlakukan di seluruh level organisasi, mulai dari Anggota PP hingga bagian terbawah", jelas Din.

"Secara normatif, Muhammadiyah tidak ada hubungan dengan partai politik manapun. Bahkan, tidak ada yang merangkap jabatan dengan parpol. Jika terjadi rangkap jabatan, etikanya orang itu harus mundur dari jabatan. Demikian pula dengan pengurus wilayah muhammadiyah, tidak ada rangkap jabatan dengan parpol," tegas pria yang kerap berbaju koko ini.

Ditangan Din Syamsuddin, harapan 30 juta anggota Muhammadiyah bergantung, agar Muhammadiyah tetap berjalan sebagaimana diamanatkan KH Ahmad Dahlan, tokoh Muhammadiyah.(Idh)

ps : dimuat dihalaman profil http://news.indosiar.com pada tanggal 20 Juli 2005

Wednesday, July 20, 2005

Din Syamsuddin

Organisatoris Sejati Pemimpin Muhammadiyah

Pria karismatik berusia 44 tahun ini, baru saja terpilih sebagai Ketua Umum Muhammadiyah, organisasi massa Islam dengan anggota lebih dari 30 juta orang. Ia bertekad Muhammadiyah akan melanjutkan gerakan dakwah, gerakan budaya dan keagamaan, peradaban dan pencerahan.

Sirajuddin Syamsuddin, demikian nama lengkap Din. Lahir di Sumbawa Besar pada 31 Agustus 1958, dari keluarga muslim konservatif. Pada usia 14 tahun, ia masuk ke Pondok Pesantren Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur. Di pondok tersebut, ia banyak belajar tentang Islam.
Setelah dari Gontor, pria yang fasih berbahasa Inggris, Arab, Persia, dan sedikit Prancis ini, melanjutkan sekolahnya ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Di kampus IAIN ia belajar politik dan terpilih sebagai salah satu fungsionaris pemuda Muhammadiyah di universitas tersebut.

Pada 1986, ia mendapat beasiswa dari Fulbright, Amerika Serikat, dan belajar di University of California at Los Angeles (UCLA), hingga meraih gelar doktor. Sejak itulah ia makin intens terjun dalam dunia organisasi. Khusus untuk Muhammadiyah, Din Syamsuddin pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah periode 1989-1993. Setelah muktamar di Banda Aceh pada 1995, menjadi anggota Majelis Hikmah PP Muhammadiyah dan dalam periode kepengurusan Syafii Maarif, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Ayah tiga orang anak ini juga aktif sebagai anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) Pusat dan Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat. Ia juga menjadi anggota Majelis Tinggi Dakwah Islam Internasional yang berada di Tripoli dan Presiden Konferesi Asia untuk Agama dan Perdamaian, yang berpusat di Tokyo. Baru-baru ini, Din yang pernah aktif di DPP Golkar, menjadi panelis di Konferensi Internasional tentang Kerjasama Antar-agama untuk Perdamaian yang berlangsung di markas besar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat. Ia juga pernah menjabat sebagai Dirjen Binapenta, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Sejak mengundurkan diri dari Partai Golkar, Din tidak terlibat dengan partai politik manapun. Dan ketika dipercaya sebagai Wakil Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah lima tahun lalu, suami Fira Beranata ini sudah mengabdi penuh kepada Muhammadiyah. Ayah tiga anak ini tidak lagi berkecimpung dalam politik praktis karena secara formal sudah mengundurkan diri dan tidak bergabung pada partai politik mana pun, serta tidak lagi mengabdikan diri sebagai birokrat negara.

Sebelum terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din sempat digoyang oleh upaya mendiskreditkan dirinya. Sehari sebelum muktamar dimulai, beredar buku kecil berjudul "Din Syamsudin, Sang Ambisius, Penghancur Muhammadiyah", bergambar foto Din dengan menggunakan topeng dan berisi lima topik yakni Din Syamsudin Sang Ambisius, Managemen Tukang Cukur, Tidak Memahami Tradisi Muhammadiyah, Menjerumuskan Muhammadiyah, dan Amal Usaha Dijadikan Agunan.

Harapan besar kini diletakkan di atas pundak pakar politik Islam ini. Din pun telah menyiapkan sejumlah langkah untuk membawa lembaga yang dipimpinnya agar terus berkembang. Muhammadiyah akan melakukan revitalisasi gerakan organisasi untuk bisa tampil menjadi organisasi agama, budaya, peradaban, dan pencerahan.

"Muhammadiyah juga akan menghindari berhubungan dengan partai politik (parpol) atau terlibat dalam politik praktis. Ini diberlakukan di seluruh level organisasi, mulai dari Anggota PP hingga bagian terbawah", jelas Din.

"Secara normatif, Muhammadiyah tidak ada hubungan dengan partai politik manapun. Bahkan, tidak ada yang merangkap jabatan dengan parpol. Jika terjadi rangkap jabatan, etikanya orang itu harus mundur dari jabatan. Demikian pula dengan pengurus wilayah muhammadiyah, tidak ada rangkap jabatan dengan parpol," tegas pria yang kerap berbaju koko ini.

Ditangan Din Syamsuddin, harapan 30 juta anggota Muhammadiyah bergantung, agar Muhammadiyah tetap berjalan sebagaimana diamanatkan KH Ahmad Dahlan, tokoh Muhammadiyah.(Idh)

Monday, July 11, 2005

Gigi Putih Dambaan Setiap Orang

Bagaimana caranya memutihkan gigi yang efektif dan cepat ? Tahu gak tentang bleaching, katanya bisa juga untuk memutihkan gigi ?

Demikian sekelumit percakapan saya dengan seorang teman yang ingin giginya putih bersih dan bersinar. Keinginan yang wajar karena banyak orang yang ingin giginya putih dan indah terutama saat tersenyum, gigi yang putih terawat akan menawan hati.

Fungsi gigi tidak hanya untuk menguyah makanan sebagai langkah tahap pertama sebelum masuk ke saluran pencernaan, namun juga berfungsi sebagai keindahan. Selain karena makanan, obat atau rokok yang dikonsumsi manusia, gigi juga bisa berubah warna lantaran perawatan yang kurang baik sehingga menyebabkan plak menimbun di permukaan gigi dan akan mengubah warna gigi.

Plak gigi terbentuk dari air ludah dan sisa makanan yang mengandung karbonhidrat dan mudah melekat seperti roti dan coklat. Menurut Spesialis care dentist pada lembaga kedokteran gigi TNI AL RE Martadinata, Drg Darmayanti, plak gigi mengandung kuman yang menyerang dua sisi. Jika menyerang gigi, terjadilah lubang gigi. Sedangkan yang diserang adalah tulang melalui lubang antara gusi dan gigi, terbentuklah karang gigi.

Berbagai cara dilakukan orang untuk memutihkan dan memperindah giginya. Ada yang natural adan yang instant, tinggal Anda inginkan yang mana.

Dalam kedokteran gigi, ada empat tingkatan warna gigi, yakni A, B, C, dan D. Gigi di kelas A merupakan gigi dengan warna kekuningan, kelas B merupakan gigi putih, C kategori keabuan dan D adalah gigi kecokelatan. Setiap kelas terdiri dari 5 tingkatan.

Salah satu teknik memutihkan gigi adalah dengan pemutihan atau bleaching. Bleaching bisa dilakukan oleh dokter atau melakukan bleaching sendiri. Bleaching yang dilakukan sendiri ada berbagai macam produk seperti white strips, dengan cetakan gigi , atau dengan memakai gel. Kebanyakan produk bleaching mengandung zat kimia namanya wasserstoffperoxid (H2O2), zat yang berguna untuk mengkikis lapisan gigi khususnya email yang berwarna kuning.

Bleaching biasanya bertahan dalam waktu 3 - 4 bulan, jika Anda intensif selama 2 minggu melakukan bleaching. Bleaching juga memiliki sisi buruk, jika pemakaian lebih dari batas yang dianjurkan (14 hari), lapisan gigi email kita akan menjadi rusak, karena zat H2O2 akan merusak email.

Selain bleaching biasa, pemutihan gigi bisa juga dilakukan dengan laser. Biasanya dilakukan untuk kasus yang cukup parah dan harus dengan bantuan dokter. Karena bisa mengakibatkan iritasi pada gusi, maka dokter biasanya akan memberikan pengamanan terlebih dahulu pada gusi. Pada proses pemutihannya, gusi akan disinari dengan sinar yang cukup tinggi, kemudian dibilas dan disinari lagi. Perubahan akan terlihat hanya dalam waktu 0,5 – 1 jam. Untuk hasil yang baik, pasien harus melakukan perawatan gigi seperti biasa dengan baik, misalnya teratur menggosok gigi.

Yang lebih praktis lagi, adalah pemutihan dengan selotip pemutih. Dengan pemakaian selotip pemutih selama setengah jam, maka hasil pemutihan langsung didapat. Namun cara ini tidak awet dan hanya sekali pakai.

Yang paling baik adalah merawat gigi sedini mungkin. Biasakan ke dokter gigi 3 atau 2 kali dalam setahun. Periksakan gigi Anda secara teratur dan hindari makanan yang bisa meninggalkan noda, minum minuman seperti kopi, teh, coca-cola, dan anggur merah. Atau jika ingin minum, gunakan sedotan sehingga tidak mengenai gigi. Perbanyak makan buah dan sayuran, terutama sayuran yang berperan sebagi pemutih gigi misalnya apel, wortel dan seledri. Dan jangan lupa menggosok gigi Anda, tiga kali sehari, terutama setelah makan.(berbagai sumber/Idh)

Tuesday, July 05, 2005

Retno Akhirnya Pergi....

Ida Nurhayati : Saya Sedih Banget

Jika saja pada Kamis, 30 Juni 2005, Ida Nurhayati tidak menaiki kereta rangkaian listrik (KRL) dari Bogor menuju Jakarta, mungkin Retno Kartika Dewi, tidak akan lahir sebelum waktunya. Retno mungkin akan dilahirkan dengan sehat, tidak menderita gangguan paru-paru yang akhirnya membawanya kembali pada Sang Khalik.

Retno Kartika Dewi, adalah cerita sedih dari sisa peristiwa tabrakan dua rangkaian kereta api listrik yang terjadi di wilayah Poltangen, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pukul 17.00 WIB.

Di hari yang nahas itu, Ida, bersama suaminya Slamet, dan 2 anak mereka, Hesti dan Aditya, berangkat dari Bogor, Jawa Barat, menuju Jakarta. Keluarga ini hendak membeli ikan ke Muara Angke, Jakarta Barat, untuk dijual esok harinya. Ida sehari-hari memang berjualan ikan keliling di kawasan rumahnya di Bojonggede, Bogor. Tidak seperti biasa, kali ini kedua anak mereka Aditya dan Hesti ikut karena ingin berjalan-jalan mengisi liburan sekolah.

Tak dinyana, kereta api yang mereka tumpangi mengalami peristiwa tragis. Tiga KRL yang berada di rel yang sama mengalami tabrakan, yaitu KA Express Pakuan nomor 221, KRL 585, dan KRL ekonomi nomor 583. Tabrakan itu terjadi ketika KA Pakuan berhenti 500 meter sebelum Stasiun Pasar Minggu. KRL 585 yang ada di belakangnya otomatis menghentikan lajunya karena Pakuan berhenti. Tapi malang, KRL 585 justru ditabrak oleh KRL 583.

Saat tabrakan, Ida sekeluarga yang menumpang KRL 583 berada di gerbong depan. Ida yang saat itu mengandung bayi berumur 8 bulan, pun terlempar bahkan kalau saja ia tak menjerit, "Pak, saya hamil", mungkin saja perutnya yang membesar tergencet orang lain. Akibat tabrakan itu ketuban kandungannya pecah akibat benturan keras. Ida pun terpaksa menjalani operasi cesar untuk menyelamatkan bayi dalam kandungannya.

Ida pun berhasil melahirkan bayinya dengan selamat. Bayi perempuan cantik, yang sudah lama ditunggu-tunggu itu diberi nama Retno Kartika Dewa. Namun karena lahir prematur, Retno harus dirawat dalam inkubator karena kesulitan pernapasan.

Namun selama tiga hari menjalani perawatan intensif di Ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Salemba, Jakarta Pusat, bayi mungil ini tidak dapat bertahan hidup. Ia pun meninggal dunia. Isak tangis Slamet, sang ayah, mengiringi kepergian putri bungsu tercintanya.

Berat terasa didada Slamet. Bagaimana tidak, istri dan dua anaknya, Hesti dan Aditya masih terbaring lemah di Rumah Sakit Siaga Raya, Pasarminggu, ia harus menyaksikan buah hatinya meregang nyawa. Tak kalah beratnya adalah duka yang dirasakan Ida Nurhayati, saat sang bayi merah tersebut dibawa kepangkuannya untuk dilihatnya terakhir kali.

"Saya sedih sekali. Sejak dilahirkan Retno baru tiga kali saya lihat, trus langsung dibawa ke RSCM," ujarnya kepada para wartawan yang menanyakan perasaan dukanya.
Jenazah Retno Kartika Dewi, pun dimakamkan di kampung halaman orang tuanya, Desa Sudimampir, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jabar. Meski kondisinya belum pulih, Ida yang selalu terisak sempat menggendong jenazah anaknya ke pemakaman.

Retno telah pergi. Duka Slamet, Ida, Hesti dan Aditya, tak mungkin terbayar selamanya. Bahkan oleh segepok uang pengganti atau asuransi atas karcis yang mereka miliki, seperti yang tertera di karcis jika penumpang mengalami kecelakaan.

Uang bukan segalanya. Tapi Slamet dan keluarganya berharap, peristiwa yang mereka alami tak akan terjadi lagi. Bukan sekedar omongan pembenahan kereta api di berbagai media massa, tapi tindakan nyata demi kenyamanan dan keamanan penumpang.(Idh)